Mejuahjuah.id – Menurut cerita konon dulu manusia belum menjadikan padi dan beras menjadi makanannya. Mereka memakan apa saja buah yang berasal dari pepohonan yang sudah masak. Desa-desa belum terbentuk. Mereka hidup berkelompok di hutan-hutan.
Saat itu manusia masih sama seperti Monyet bisa melompati pohon-pohon dan memanjat untuk mencari makanannya. Dimana pohon yang buahnya masak disitulah mereka semua berkumpul mengambil dan memakan buah di pohon itu sampai habis. Namun karena sifat manusia serakah dan tidak mau mengalah, mereka berebutan mengambil buah-buahan di pohon itu. Itulah sebabnya tidak jarang mereka berselisih paham, berkelahi hingga saling membunuh hanya untuk mendapatkan makanan.
Melihat apa yang terjadi di bumi membuat Sang Pencipta manusia gelisah. Suatu hari Tuhan Dibata memanggil Beru Dayang Jile-Jile. Tuhan memerintahkan agar Beru Dayang Jile-Jile turun ke bumi. Tuhan meminta agar Beru Dayang membawa benih padi kepada manusia serta mengajari mereka cara untuk menanam padi. Tuhan berharap manusia bisa memakan hasil dari tanaman padi yang kemudian menjadi beras. Sehingga mereka tidak lagi memakan buah-buahan dari pohon-pohon. Kelak manusia tidak lagi hidup berpindah-pindah namun hidup di satu tempat.
Beru Dayang Jile-Jile menghormati apa yang diamanahkan Tuhan kepadanya. Lalu pergilah dia ke bumi dengan membawa benih padi. Sesampai di Bumi diberitakannyalah seperti yang telah dipesankan Tuhan Dibata kepadanya. Maka berkumpullah semua orang dari Timur dan Barat, dari Utara dan Selatan, dari dataran tinggi dan dataran rendah.
Setelah mereka semua berkumpul, Beru Dayang Jile-Jile menyampaikan pesan Tuhan Dibata kepada manusia. Dia menjelaskan tentang benih padi yang dibawanya dari Surga. Beru Dayang mengatakan kalau padi ini harus ditanam dan buahnya akan menjadi beras yang bisa dimakan. Tuhan ingin agar semua manusia tidak lagi tinggal di hutan dan makan buah-buah dari pohon. Beru Dayang juga berjanji akan mengajari mereka cara menanam padi.
Lalu Beru Dayang Jile-Jile mengajari mereka semua cara menanam padi. Pada saat padi sudah tumbuh dan sudah akan panen, dia juga mengajari cara memetiknya agar tidak rusak. Dia juga mengajari cara menumbuk padi itu dengan menggunakan lesung hingga menjadi beras. Setelah jadi beras dia mengajarkan cara memasaknya hingga menjadi nasi yang layak untuk dimakan.
Manusia-manusia itu bersemangat menanam padi. Mereka sangat senang dan suka dengan makanan baru itu. Padi-padi mereka pun berbuah sangat baik. Beras yang mereka makan juga sangat enak. Setelah Setelah melihat itu semua sudah berjalan sesuai dengan yang diperintahkan oleh Tuhan maka Beru Dayang Jile-Jile pun kembali ke alamnya.
Bertahun-tahun kemudian, setelah beberapa kali padi di sawah-sawah panen, mereka sudah membuat Sapo Page yaitu lumbung-lumbung padi. Mereka hidup berkelompok dan mendirikan kampung-kampung. Manusia-manusia itu tidak lagi takut kekurangan makanan. Tapi karena itu pula maka timbullah kesombongan. Kelompok manusia yang punya padi yang banyak menganggap diri mereka lebih daripada yang lain. Karena itu pula timbul rasa iri dan permusuhan dari kelompok manusia yang punya padi lebih sedikit.
Terjadilah selisih paham yang tidak kunjung padam. Mereka terus bertengkar. Sapo-Sapo Page dibakar. Peperangan antar manusia terjadi. Mereka tidak lagi sempat pergi ke ladang untuk menanam padi. Padi yang sekarang sudah menjadi makanan pokok semakin lama semakin habis. Mereka tidak lagi punya sisa benih untuk ditanam. Manusia-manusia itu menjadi lapar.
Kemudian datang lagi Beru Dayang Jile-Jile ke bumi dan menemui manusia-manusia yang telah kelaparan itu. Lalu diberikannya lagi benih-benih padi untuk ditanam. Beru Dayang berpesan agar manusia-manusia itu tidak lagi berselisih dan bertengkar. Sebab karena perkelahian antar manusia, maka habis semua padi yang ditanam. Yang kemudian mengakibatkan kehidupan manusia menjadi susah. Semua manusia itu mengiyakan apa yang dikatakan oleh Beru Dayang. Setelah itu pergilah Beru Dayang Jile-Jile kembali ke alamnya.
Tapi setelah mereka menanam padi dan kembali ladang mereka menghasilkan padi yang sangat banyak maka timbullah lagi masalah. Mereka saling merebut ladang milik sesama saudaranya. Yang malas bekerja menuntut sama banyaknya padi yang dihasilkan dengan mereka yang rajin bekerja. Mereka yang padinya direbut melakukan perlawanan. Mereka bertengkar dan saling bermusuhan. Tidak jarang terjadi peperangan dan saling membunuh.
Kembalilah lagi manusia itu tidak menanam padi. Persediaan padi di lumbung sudah habis. Sebagian lumbung musnah terbakar akibat peperangan. Manusia-manusia itu kembali memakan buah-buah dari pohon agar mereka tidak lapar.
Datanglah lagi Beru Dayang Jile-Jile untuk ketiga kalinya. Dia membawa benih padi. Mendengar Beru Dayang Jile-Jile datang kembali ke dunia maka berdatanganlah manusia-manusia itu dari seluruh penjuru. Semua manusia itu diberikan Beru Dayang benih padi untuk ditanam mereka.
Beru Dayang mengatakan inilah yang terakhir dia datang ke bumi. Dia berpesan agar manusia tidak lagi saling berselisih paham dan saling membunuh. Mereka harus saling memperhatikan dan saling mengasihi satu sama lain.
Inilah pesannya kepada manusia :
Enda me petelukaliken aku reh ku pertibi enda maba page man bandu jelma manusia janah sekali enda nari me aku reh ku pertibi enda. E maka enda pedah kubereken man bandu jelma manusia Tertinggel-tinggel kam. Adi merdang kam pagi, entah ngampeken page ku Sapo Page, gelah itengtengi kam pagi warina, wari Cukera, entah Budaha entah Aditia.
Ibas jumandu, adi kam merdang, suan gelah pagi jaba, ritik gara, taruk ras cingkeru. Adi merdang kam kenca si enda, pindo gelah pagi benih page man kalimbubu, gelah mbuah page isuan kam. Sabap kalimbubu kap si mada takalndu piher, ia me si mereken rejeki, si mereken tuah sangap man bandu. Mehamat erkalimbubu, ia kap Dibata idah i pertibi enda. Benih jaba pagi pindo ibas anak beru nari. Suan pagi arah tepi juma kelewet juma. Sabap anak beru kap si ngkeleweti jabundu ibas kegeluhen enda, gelah reh gia si ncedai atena, ia kap si jadi bide. Bage pe jaba e me kap, di kune reh pagi kerbo, entah lembu, entah kambing, jaba me jadi bide, ia me lebe ipan rubia-rubia e. Jaba me pagi man ampang-ampang page. Adi reh angin meter pe, jaba me pagi jadi ampang-ampang page, gelah ola lapat page iembus angin. Em antusenna maka pindo pagi benih jaba man anak beru.
Benih ritik gara pindo man sibiak senina nari, jenari suanlah i tengah juma. Sebab ritik gara njagai gelah ola page mbulak iembus angin si meter. Bagem Senina mbelin pengkebetna erbahan jabu ola rubat.
Benih taruk pindo man Puang Kalimbubu. Sabab taruk pe pesawan warenna ibas page, jadi rembus angin, page la banci merimpeng, bagem ibas jabu, Puang Kalimbubu, ngepkep Anak Beru ras Anak Beru Menterina gelah tetap ola rubat, janah adi rubat maka idamekenna.
Benih cingkeru pindo man Anak Beru Menteri, suan merak-rak ratur i tengah juma, gelah metunggung juma. Bage pe Anak Beru Menteri petunggungken Puang Kalimbubu.
Page ihamati alu ibahan Gendang Aron, janah bahan Kerja Tahun. Adi ihamati kam page, tandana kam mehamat man Kalibubundu, Senina ras Anak Berundu. Ije kam jumpa ayo meciho pekepar, ngamburken ciremndu, jadi ate erkalimbubu, ersenina ras eranak beru.
Ibas paksa rani, tenahken kerina kade-kade si mereken benih, gelah ras kerina ngenanamisa buah page juma e. Adi mbuah page katakenlah ermengkah ate man si Beru Dayang Jile-Jile gelah isehkenna pagi man Dibata. Janah adi kurang perbuahna, pindo perkuah atena.
Setelah memberikan pesannya kepada manusia maka pergilah Beru Dayang Jile-Jile meninggalkan bumi. Itulah kisahnya kenapa sekarang ini tanaman padi dinamakan si Beru Dayang, agar mengingatkan kita kepada pesan dan pemberiannya untuk peradaban manusia.
Sumber Cerita
Turi-turin Karo BERU DAYANG JILE-JILE ditulis oleh Masri Singarimbun Ngukumi Barus
dan ditulis kembali dalam bahasa Indonesia oleh Joey Bangun
© Mejuahjuah.id /CATATAN : Setiap konten di website Mejuahjuah.id memiliki hak cipta. Jika ingin mengutip sebagian ataupun seluruh isi dari setiap artikel dalam website ini harap menghubungi kami atau memberikan asal sumber kutipan dari Mejuahjuah.id.