Mejuahjuah.id – Biang (Bahasa Indonesia : Anjing) adalah binatang berkaki empat yang suka menggonggong. Bagi orang Karo non Muslim daging biang yang dimakan biasa disebut B1. Sedang untuk daging Babi disebut B2. Mungkin pengertian B1 dan B2 yang muncul pada makanan khas suku Karo ini diambil dari jumlah B pada kosa kata dalam namanya.
Tidak semua merga suku diperbolehkan makan daging biang. Merga Sembiring
contohnya. Namun tidak semua sub merga Sembiring tidak boleh makan biang. Merga
Sembiring golongan Singombak (menghanyutkan perabuan) menjadi golongan la
tengka man biang (pantang makan daging anjing). Merga Sembiring yang
digolongkan Singombak ini adalah Brahmana, Pandia, Colia, Guru Kinayan, Keling,
Depari, Pelawi, Bunuh Aji, Busuk, Muham, Meliala, Pande Bayang, Maha, Tekang
dan Kapur. Sementara golongan Sembiring yang tengka man biang (boleh makan
daging anjing) adalah Kembaren, Keloko, Sipayung, Sinulaki.
Istilah Singombak lahir dari fenomena penghanyutan abu pembakaran mayat yang
dilakukan ke sungai Lau Biang pada Kerja Mbelin Paka Waluh di kuta Seberaya
yang dilakukan Seremai Sekali atau 32 tahun sekali. Sembiring Hindu Tamil
itulah istilah yang dipakai budayawan Karo K.S. Brahmana yang terkenal dengan
nama samaran Brahma Putro. Kesimpulan Brahma Putro ini lahir dari
penyelidikannya kalau golongan Sembiring ini berasal dari India. Kerja Mbelin
Paka Waluh terakhir terjadi antara tahun 1850-1880, upacara suci pembakaran
mayat (ngaben) dan menghanyutkan perabuan mayat itu ke sungai Lau Biang konon dipercaya
di lautan luas akan bertemu dengan sungai Gangga India yang dianggap suci itu.
Tentang Hindu, Seorang Antropolog Karo Juara R. Ginting membenarkan dalam
tulisannya THE POSITION OF HINDUISM IN KARO SOCIETY (NORTH SUMATRA) dalam buku
berjudul ‘Hinduism’ in Modern Indonesia: A Minority Religion Between Local,
National and Global Interests, Martin Ramstedt (editor), Routledge Curzon,
2003: halaman 226-241.
Penamaan Lau Biang pada aliran sungai yang menghubungkan beberapa kuta di Tanah
Karo mempunyai cerita sendiri. Konon penamaan Lau Biang itu sendiri diambil
dari cerita dimana salah seorang nenek moyang merga Sembiring pernah dikejar
musuhnya kemudian menyelamatkan diri dengan menceburkan diri ke sebuah sungai
dan hampir tenggelam. Seekor anjing kemudian menyelamatkan orang itu dan
membawanya ke seberang. Mulai dari situ sungai tersebut dinamakan Lau Biang dan
Merga Sembiring Singombak berjanji untuk pantang makan daging anjing.
Selain fenomena Lau Biang di atas, ada lagi fenomena lain yang menari diangkat
dari sungai ini yaitu Gertak Lau Biang. Sementara Gertak Lau Biang jembatan
yang menghubungkan kuta Batukarang, Nageri dan Singgamanik ini adalah saksi
bisu segala penindasan dan dokumen sejarah. Gertak Lau Biang menjadi tujuan
dari beberapa daerah di Sumatera Utara untuk pengeksekusian orang-orang yang
dianggap antek-antek Belanda. Mereka dibunuh dengan cara biadab. Ada yang
dipancung, ditikam bahkan langsung dibuang begitu saja dari jembatan itu ke
sungai Lau Biang yang deras. Biasanya malam pengeksekusian dini hari. Gertak
Lau Biang telah menjadi fenomena tersendiri bagi masyarakat Karo. Banyak cerita
yang mewarnai fenomena tersebut. Fenomena itu menjadi misteri yang sulit untuk
terungkap. Tulisan ini pernah dimuat di beberapa media daerah dan Nasional.
Sementara dramanya pernah dibawakan oleh Teater Aron dan tercatat dalam Musuem
Rekor Indonesia (MURI) dalam festival drama 2006 lalu.
Biang kuta, itulah sebutan bagi anjing kampung. Di pedesaan Karo, biang kuta biasanya dipelihara dan dibiarkan berkeliaran begitu saja. Anjing-anjing itu biasanya tugasnya menjaga kesain kuta. Jadi tiap kesain ada anjing penjaganya. Di setiap rumah orang Karo di Medan dan sekitarnya, anjing-anjing kampung ini biasanya dijadikan anjing peliharaan untuk menjaga rumah.
Sumber : www.joeybangun.com
© Mejuahjuah.id /CATATAN : Setiap konten di website Mejuahjuah.id memiliki hak cipta. Jika ingin mengutip sebagian ataupun seluruh isi dari setiap artikel dalam website ini harap menghubungi kami atau memberikan asal sumber kutipan dari Mejuahjuah.id.