Mejuahjuah.id – Perkembangan zaman telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Apapun itu termasuk tradisi yang telah turun menurun dalam struktur sosial masyarakat. Ketika kita membicarakan tradisi tentu kita tidak bisa lepas dari bagaimana budaya yang mempengaruhi struktur sosial masyarakat tersebut.
kalau kita menyebut Karo tentu tidak kita tidak bisa lepas membicarakan budaya, seni dan alamnya. Budaya Karo merupakan salah satu faktor yang berperan besar mempengaruhi strukutur sosial masyarakat Karo. Tapi bagaimanakah budaya Karo seiring dengan perkembangan zaman?
Tidak bisa disangkal lagi budaya Karo secara garis besar sudah mulai terkikis oleh perkembangan zaman. Generasi muda yang lahir dan tinggal di perkotaan (diluar Tanah Karo) telah membuktikan bagaimana masa depan budaya Karo kelak.
Sungguh memprihatinkan jika melihat generasi muda Karo sudah tidak peduli lagi dengan akar budayanya. Banyak malah yang menganggap sesuatu yang menyangkut budaya Karo itu kampungan. Mereka yang lahir di kota-kota besar bahkan sudah tidak lagi bisa berbahasa Karo.
Belum lagi jika kita kaitkan dengan kekayaan budaya Karo yang lain seperti orat tutur, adat bahkan sampai unsur kesenian seperti manari, menyanyi dan memainkan musik tradisional.
Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) sebagai salah satu wadah pemersatu orang-orang Karo baik yang tinggal di Tanah Karo maupun di perantauan berperan besar dalam melestarikan budaya Karo.
Sebagai contoh penggunaan bahasa Karo yang dipergunakan di GBKP. Bahasa Karo di GBKP praktis dipergunakan setiap kebaktian minggu. Begitu juga perpulungen Jabu-jabu, Moria dan Mamre. Kecuali Permata yang tidak terlalu membudayakan bahasa Karo dalam setiap aktifitasnya.
Apa yang dilakukan GBKP sebagai salah satu gereja kesukuan terbesar di Indonesia dalam melestarikan budaya Karo patut dipuji. Berbeda dengan orang-orang yang keluar dari GBKP dengan alasan berbagai macam. Padahal mereka meninggalkan GBKP adalah salah satu bentuk keterbatasan akan kesadaran berbudaya terlebih kurangnya minat untuk belajar budaya Karo.
Tentu ini menjadi masalah tersendiri bagi kita sebagai orang Karo dalam menyikapi akan pentingnya budaya Karo sebagai jati diri Karo dan Kekaroan kita. Padahal GBKP telah maju selangkah dalam hal ini.
Bukan saja bahasa Karo yang aktif dipergunakan ruang lingkup GBKP, tetapi juga aspek-aspek budaya Karo yang lain. Seperti festival seni antar runggun seklasis misalnya. Di setiap festival seni yang diadakan oleh lingkungan GBKP biasanya menampilkan lomba tari Karo, menyanyi lagu Karo bahkan lawak Karo sampai lomba membuat bulang-bulang dan tudung. Perlombaan semacam ini mempunyai nilai tersendiri dalam meregenerasikan budaya Karo pada generasi muda. Terlebih pada generasi muda Karo yang menyadari dan ingin belajar budayanya.
Peran GBKP juga cukup penting dalam berbagai kegiatan adat seperti Nereh Empo, Kematen, Mengket Rumah dan sebagainya. Tetapi tidak jarang terjadi gesekan antara peran GBKP dalam ruang lingkup Alkitabiah dengan kemurnian budaya Karo itu sendiri. Tentu ini menjadi bahan pembelajaran bagi kita sendiri dalam menyaring mana yang sesuai dengan firman Tuhan dan mana yang bertentangan dalam menyikapi kekayaan yang dimiliki oleh budaya Karo.
Tidak ada yang menyangkal kalau GBKP telah menjadi wadah tersendiri bagi muda-mudi Karo dalam menemukan jodohnya. Tidak jarang aktifitas yang dilakukan Permata (Persadan Man Anak Gerejanta) baik tingkat runggun, klasis bahkan pusat justru dijadikan kesempatan untuk mencari si ate ngena. Tentu hal ini tidak salah jika kita kembali berbicara tentang pelestarian budaya. Bukankah dengan banyaknya pemuda-pemudi Karo menemukan jodohnya di lingkungan GBKP pelestarian budaya tetap terjaga.
Harapan akan pelestarian budaya harus tetap diemban GBKP sebagai salah satu wadah pemersatu orang Karo dari seluruh penjuru bumi ini. Adalah suatu kebanggan bagi kita jika GBKP tetap menjunjung tinggi kekhasannya sebagai pusat pelestarian budaya Karo.
Kita tidak tahu apa yang terjadi sepuluh atau dua puluh tahun ke depan dengan budaya Karo. Tapi kalau GBKP tetap mempertahankan filosofi etnik gerejawinya, percayalah budaya Karo takkan pernah luntur.
Salam budaya!
Jakarta, 7 Nopember 2005
Tulisan ini pernah dimuat di Buletin Maranatha GBKP
© Mejuahjuah.id /CATATAN : Setiap konten di website Mejuahjuah.id memiliki hak cipta. Jika ingin mengutip sebagian ataupun seluruh isi dari setiap artikel dalam website ini harap menghubungi kami atau memberikan asal sumber kutipan dari Mejuahjuah.id.