Mejuajuah.id – Di kampungnya Jinaka terkenal sebagai seorang pemalas. Kerjanya hanya tidur dan bermalas-malasan. Tidak seorang pun di kampungnya pernah melihat dia bekerja di ladangnya. Istrinya pun tidak pernah pergi ke ladang. Tapi entah kenapa setiap pagi saat matahari terbit dan orang-orang yang pergi ke ladang selalu merasa heran. Ladang punya Jinaka selalu terlihat sudah ada yang mengerjakannya.
Suatu hari datanglah orang kaya di kampung itu kepadanya. Orang kaya itu bertanya kenapa ladang Jinaka ada yang mengerjakan dan ada hasil panennya. Padahal mereka tidak pernah melihat Jinaka dan istrinya bekerja di ladang.
Sebetulnya orang-orang kampung tidak tahu Jinaka bekerja tengah malam. Saat orang-orang sedang tidur dia pergi ke ladang dan bekerja. Jinaka punya maksud agar bisa mengelabui orang sekampung.
Kepada orang itu Jinaka katakan yang bekerja di ladangnya ini adalah “Cuan Keramat” kepunyaannya. Dia menunjukkan cuan keramatnya itu kepada si orang kaya itu. Cuan adalah sebuah cangkul berbentuk miring. Jinaka bilang cuan inilah yang bekerja sendiri di ladangnya di waktu malam. Padahal itu hanya tipu muslihatnya saja.
Awalnya orang itu tidak percaya. Namun dia penasaran dan bertanya dimana Jinaka mendapatkan cuan keramat itu. Jinaka mengatakan Nini penunggu gunung Sibabunglah yang memberikan kepadanya.
Orang kaya itu semakin penasaran. Dia meminta agar Jinaka bisa meminjamkan cuan keramat itu kepadanya. Jinaka langsung menolaknya. Dia katakan cuan itu tidak boleh diberikannya dan lagipula harus orang yang memilikinyalah yang bisa membuat cuan itu bekerja sendiri. Dia menawarkan agar orang kaya itu membeli cuan itu kalau dia mau mencobanya di ladangnya.
Karena penasarannya orang kaya itu membeli cuan itu sesuai harga yang ditawarkan Jinaka. Harga cuan yang ditawarkan Jinaka sebetulnya sangat mahal. Tapi bagi orang kaya itu kalo memang benar cuan ini bisa ampuh bekerja sendiri di ladangnya, harga yang ditawarkan itu tidak menjadi masalah baginya.
Sebelum orang itu pergi Jinaka menyebut pantangan dari cuan keramat itu. Pantangannya sederhana saja. Cuan itu tidak boleh dihinggapi lalat. Kalau tersentuh lalat maka kesaktian cuan itu akan hilang. Mendengar syarat itu orang kaya itu tidak peduli, dia katakan kalau di ladangnya tidak ada lalat. Lalu dia pergi meninggalkan Jinaka. Jinaka pun senang menerima uang dari hasil penjualan cuannya yang berharga sangat mahal.
Malamnya orang kaya itu menyuruh pembantunya untuk meletakkan cuan itu di ladangnya. Dia ingin melihat apakah besok memang cuan itu akan bekerja seperti yang dikatakan Jinaka.
Keesokan harinya orang kaya itu melihat cuan itu tidak melakukan apapun. Cuan itu tidak bekerja sendiri seperti yang dikatakan Jinaka. Mereka merasa ditipu. Segera orang kaya itu kemudian menjumpai Jinaka di ladangnya.
Dia marah karena Jinaka telah menipunya. Jinaka menjawab dengan santai kalau cuan itu tidak lagi menunjukkan kesaktiannya karena pasti sudah dihinggapi lalat di ladang orang kaya itu. Orang kaya itu tidak terima lalu dia mengadukan Jinaka kepada Raja yang berkuasa di kampung itu.
Raja bertanya apa sebabnya mereka datang. Orang kaya itu menjelaskan persoalan yang terjadi diantara keduanya. Namun Jinaka membela diri. Dia bilang orang kaya itu telah melanggar pantangan dari cuan yang dibelinya itu. Mendengar pantangan dari cuan itu, Raja bertanya kepada orang kaya itu apakah memang benar seperti itu kesepakatan diantara keduanya saat terjadi jual beli cuan keramat itu. Orang kaya itu tidak bisa mengelak. Maka kemudian Raja memutuskan kalau yang bersalah adalah orang kaya itu. Lalu mereka pergi meninggalkan Raja itu dengan kemenangan pada Jinaka.
Suatu waktu terjadi masalah antara Jinaka dengan seorang pemilik ladang. Jinaka mengklaim kalau ladang itu adalah ladang miliknya. Tidak terima dengan perbuatan Jinaka maka pemilik ladang itu mengadukan Jinaka kepada Raja. Karena sudah sore Raja meminta besok pagi saja mereka datang ke ladang yang jadi persoalan keduanya itu.
Malamnya Jinaka meminta bantuan kepada ibunya agar dibantu untuk memenangkan perkaranya dengan si pemilik ladang. Dia cerita kalau Raja besok datang ke ladang itu. Dengan kesal ibunya mau membantu Jinaka.
Keesokan harinya Jinaka, Raja dan pemilik ladang itu bertemu di ladang tempat mereka bermasalah. Si pemilik ladang menjelaskan kalau ladang itu memang miliknya. Buktinya pohon di ladang itu pun dia yang menanamnya.
Namun Jinaka tidak kehilangan akal. Dia sudah menyiapkan strategi untuk memenangkan perkara perebutan ladang ini. Dia katakan kepada Raja kalau dia bisa bertanya kepada Tuhan siapa sebetulnya pemilik ladang ini. Raja heran bagaimana Jinaka bisa bertanya pada Tuhan. Jinaka lalu berteriak keras ke arah pohon itu, dia bertanya ladang ini milik siapa? Awalnya tidak ada jawaban apa-apa. Dia mencobanya sekali lagi. Akhirnya ada jawaban dari atas pohon itu. Suara diatas pohon itu mengatakan kalau ladang ini milik Jinaka. Jinaka sangat senang mendengar suara itu. Dia sudah bisa membuktikan kalau ladang itu memang miliknya.
Mereka semua meninggalkan suara itu. Raja heran dan curiga dengan suara itu. Lalu dia menyuruh pembantunya agar segera memotong pohon tempat asal suara yang didengarnya tadi. Mendengar itu Jinaka meminta agar pohon itu jangan ditebang karena ibunya berada diatas. Jinaka mengakui perbuatannya kalau dia telah menipu mereka semua.
Raja marah karena merasa ditipu. Lalu memutuskan kalau ladang itu adalah memang punya pemilik ladang itu bukan punya Jinaka. Karena ulah Jinaka Raja menghukum Jinaka dengan membayar uang denda yang cukup besar.
Sesampai di rumah Jinaka mencari akal. Dia menyuruh istrinya untuk memasak makanan khas Karo yaitu cimpa. Dia beralasan kalau cimpa itu besok akan dibawanya dan dijual ke pasar.
Keesokan harinya berangkatlah Jinaka bersama anjingnya si Kuring ke pasar. Ditengah orang banyak dia bilang kalau anjingnya si Kuring ini adalah anjing yang sakti. Anjingnya ini kalau membuang kotorannya adalah cimpa dan bisa dimakan. Orang-orang tidak percaya. Kemudian anjingnya si Kuring hendak membuang kotorannya. Jinaka katakan kalau si Kuring harus membuang kotoran di rumput agar bisa menjadi cimpa. Jinaka lalu pergi dengan membawa si Kuring. Orang-orang yang masih penasaran menunggu Jinaka di tempat itu.
Lalu Jinaka bersembunyi di satu tempat. Kemudian dia mengganti kotoran anjing itu dengan cimpa yang sudah dibawanya dari rumah. Dia kembali ke tempat orang banyak itu. Orang-orang bertanya tentang kotoran anjing itu. Dengan bersemangat Jinaka menunjukkan kotoran anjingnya itu dan meminta orang-orang mencobanya. Orang-orang yang tadinya ragu mulai mencicipinya. Ternyata benar kotoran itu seperti cimpa dan enak dimakan.
Seorang yang hadir ditempat itu bertanya apakah Jinaka menjual anjingnya. Melihat ada orang yang sudah kena jebakannya, Jinaka pun langsung memberikan penawaran. Dia tawarkan anjingnya dengan harga tinggi. Tawar menawar terjadi. Orang itu pun menyetujui harga terakhir yang ditawarkan Jinaka.
Sebelum memberikan anjingnya Jinaka mengatakan pantangan anjing itu. Kesaktian anjing itu akan hilang kalau sempat diterbangi oleh lalat. Artinya lalat tidak boleh terbang diatas anjing itu. Kotorannya yang tadinya seperti cimpa akan berubah menjadi kotoran biasa. Si pembeli menyanggupi pantangan anjing itu karena dia menganggap pantangan itu tidak susah dilaksanakan.
Jinaka lalu membagikan uang penjualan anjingnya kepada orang-orang yang hadir disitu. Dia berharap orang banyak itu bisa menjadi saksinya kalau nanti dia bermasalah dengan pembeli anjing itu. Kemudian Jinaka menjumpai Raja dan membayar uang hukuman dendanya karena penipuan yang dilakukannya saat bermasalah soal perebutan ladang.
Sesampai di rumah si pembeli anjing menunggu si Kuring membuang kotorannya. Saat anjing itu membuang kotorannya ternyata kotoran itu bukan cimpa seperti yang dikatakan Jinaka. Tapi kotoran anjing biasa. Merasa ditipu orang itu mengadukan Jinaka kepada Raja.
Si pembeli anjing itu menjelaskan persoalannya pada Raja. Dia merasa ditipu oleh Jinaka. Namun Jinaka cerdik, dia membawa orang-orang yang sudah dibayarnya menjadi saksinya beberapa waktu lalu. Orang-orang itu memang benar mendengar kalau pantangan anjing itu tidak bisa diterbangi oleh lalat. Kata Jinaka pasti anjing itu sudah diterbangi oleh lalat sehingga kesaktian anjing itu sudah hilang. Raja memutuskan si pemilik anjing itu kalah dalam perselisihan itu.
Namun melihat Jinaka yang selalu cerdik akal tipu menipu dengan orang-orang kampung maka Raja pun juga menghukum Jinaka.
Ditulis oleh JOEY BANGUN
SUMBER CERITA
Beru Dayang Jile-Jile – Masri Singarimbun & Ngukumi Barus
Saksikan videonya disini :