Mejuahjuah.id – Oleh Joey Bangun
Orang – orang Karo dulu yang lahir dan besar di Tanah Karo pasti tahu Gertak Lau Biang. Gertak dalam bahasa Indonesia berarti jembatan. Gertak Lau Biang terkenal sejak dulu, sejak jaman revolusi Belanda menyisakan cerita misteri penuh kepahitan.
Lau yang dalam bahasa Karo berarti air namun umumnya juga bisa dikatakan sungai. Sementara kata biang diartikan dengan anjing. Konon penamaan Lau Biang itu diawali dari cerita dimana salah seorang Nenek Moyang merga Sembiring keturunan India yang pernah dikejar musuhnya kemudian menyelamatkan diri dengan cara melompat ke sebuah sungai dan hampir tenggelam. Seekor anjing kemudian menyelamatkan orang itu dan membawanya ke seberang.
Mulai dari situ sungai itu diberi nama Lau Biang dan Merga Sembiring keturunan India yang disebut Sembiring Singombak berjanji untuk pantang makan daging anjing. Mulai saat itu pula Sembiring Singombak menganggap Lau Biang adalah sungai suci.
Inilah golongan Sembiring Singombak atau Sembiring keturunan India yang pantang memakan daging anjing :
- Brahmana
- Colia
- Pandia
- Gurukinayan
- Pelawi
- Meliala
- Depari
- Maha
- Muham
- Pandebayang
- Tekang
- Busuk
- Sinukapur
- Keling
- Bunuaji
Dulu kampung Seberaya di kecamatan Tigapanah menjadi pusat kebudayaan dari Sembiring Singombak. Setiap seremai sekali atau 32 tahun sekali diadakan perayaan besar “Kerja Mbelin Paka Waluh” di kampung itu. Kerja Mbelin Paka Waluh adalah perayaan besar Sembiring Singombak yang pada masa itu masih beragama Perbegu atau Pemena yang ada keterkaitannya dengan agama Hindu dari India.
Ada kepercayaan pada masa itu tentang upacara suci pembakaran mayat dan menghanyutkan abu mayat itu ke sungai Lau Biang yang konon dipercaya di lautan luas akan bertemu dengan sungai Gangga India. Jadi pelaksanaan penghanyutan abu mayat ini dilakukan oleh masing-masing Sub Merga Sembiring Singombak secara bersamaan dalam upacara besar yang disebut Kerja Mbelin Paka Waluh.
Setiap golongan Merga Sembiring Singombak berikut anak berunya datang dari berbagai penjuru kuta Tanah karo ke Seberaya. Mereka menyiapkan perahu-perahu kecil yang indah. Lalu dengan iring-iringan upacara perahu-perahu itu kemudian dinaiki masing-masing golongan Merga lalu bergerak mengikuti aliran sungai Lau Biang.
© Mejuahjuah.id /CATATAN : Setiap konten di website Mejuahjuah.id memiliki hak cipta. Jika ingin mengutip sebagian ataupun seluruh isi dari setiap artikel dalam website ini harap menghubungi kami atau memberikan asal sumber kutipan dari Mejuahjuah.id.