Legenda Putri Hijau

Legenda Putri Hijau Mejuahjuah.id I Ensiklopedia Karo

Mejuahjuah.id – Putri Hijau adalah sebuah legenda terbesar yang di Sumatera Utara. Legenda ini menjadi penghubung keterkaitan sejarah antara suku Karo dan Melayu Deli. Walaupun masing-masing suku mempunyai cerita dengan versi masing-masing namun benang merah dari cerita Putri Hijau mempunyai kemiripan. Terutama tentang sejarah penyerangan Samudera Pasai kepada kerajaan Haru untuk memperebutkan Putri Hijau.

Kali ini kita bercerita tentang Putri Hijau dalam versi suku Karo. Menurut cerita Putri Hijau dilahirkan di desa Seberaya Tanah Karo. Desa ini termasuk desa tertua yang berdiri di Tanah Karo. Didirikan oleh Merga Karo Sekali bersama anak berunya yang konon berasal dari india, dikenal dengan golongan Sembiring Singombak yaitu Meliala, Colia, Pandia dan Depari.

Suatu hari seorang perempuan beru Sembiring Meliala berasal dari kesain Meliala Seberaya mendadak hamil. Gadis itu tidak tahu kenapa dia bisa tiba-tiba hamil. Tidak seorang pun pemuda di kampung itu mengakui itu adalah perbuatan mereka. Seluruh Seberaya menjadi ketakutan. Mereka menganggap gadis itu disetubuhi oleh begu dan anak yang dikandungnya adalah anak begu. Mereka mengusir gadis itu dari Seberaya.

Gadis Beru Sembiring Meliala itu keluar dari kampung itu. Namun karena tak sanggup berjalan jauh dia pergi ke Lau Pirik sungai yang mengalir di pinggir desa Seberaya. Di sungai itu ada gua bekas Umang, mahluk purbakala yang dipercaya lebih dulu tinggal di Tanah Karo. Gadis itu tinggal dan hidup di Gua Umang itu hingga dia melahirkan. Dia tidak menyangka anak dilahirkannya ternyata kembar tiga. Yang pertama berjenis kelamin laki-laki namun bentuknya seperti ular lalu diberi nama Naga. Anak kedua tumbuh normal seorang perempuan yang cantik yang dia beri nama Beru Putri. Anak ketiga seorang laki-laki yang berbentuk seperti bambu besar, dia dipanggil meriam. Tak lama setelah ketiganya dilahirkan ibu beru Meliala itu harus menghembuskan nafasnya.

Ketiganya harus hidup sendiri dan besar di gua itu. Setiap malam saat orang-orang kampung sudah tidur Beru Putri masuk ke kampung untuk mencari sisa-sisa makanan lalu membawanya kembali ke Lau Pirik. Mereka memakan sisa-sisa makanan itu disana.  Beberapa kali pula Beru Putri tertangkap basah oleh anak kampung namun dengan cepat dia lari hingga orang tidak bisa mengejarnya.

Beberapa tahun berlalu Beru Putri, Naga dan Meriam akhirnya beranjak dewasa. Naga dan Meriam tumbuh tidak seperti manusia kebanyakan. Mereka harus memakan hewan ternak untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap malam mereka masuk ke kampung Seberaya dan memakan ternak-ternak anak kampung itu.

Anak kampung itu marah, mereka melaporkan kejadian itu kepada Raja Seberaya Sibayak Karo sekali. Raja mendapat kabar kalau makhluk dari Lau Pirik itu yang memakan ternak-ternak anak kampung. Sibayak Karo Sekali lalu pergi ke Lau Pirik. Sesampainya disana dia tidak menyangka kalau dia bertemu dengan Beru Putri yang cantik jelita. Dia langsung jatuh cinta dengan gadis itu. Raja Seberaya itu menawarkan untuk memberi makan kepada Naga dan Meriam agar mereka tidak lagi memangsa ternak-ternak anak kampung. Sibayak Karo Sekali meyakinkan Beru Putri kalau dia mempunyai ribuan ternak yang bisa menghidupi saudara-saudara gadis itu. Tapi dengan syarat Beru Putri harus menjadi istrinya. Karena sayangnya kepada kedua turangnya itu Beru Putri menyanggupinya. Gadis itu menginginkan saudara-saudaranya itu bisa tetap hidup. Dia menerima pinangan Sibayak itu dan menjadi permaisuri raja Seberaya.

Namun perkawinan itu tidak berlangsung lama. Ternak-ternak milik Sibayak Karo Sekali semakin lama semakin habis. Raja Seberaya itu tidak sanggup lagi memenuhi kebutuhan mereka. Akhirnya Raja dan Beru Putri bertemu untuk terakhir kalinya di sebuah tempat di Berastagi. Mereka bercerai di tempat itu. Tempat itulah kini terkenal dengan nama Peceren, tempat perceraian Sibayak Karo Sekali dan Beru Putri.

Beru Putri mengajak turangnya untuk pergi ke daerah Jahe-jahe. Karena menurut kabar ada keluarga mereka tinggal di kesain Meliala sekitar Deli Tua. Mereka berjalan menyusuri sungai Lau Petani. Sampai di perbatasan Deli Tua mereka berpapasan dengan hulubalang raja Haru. Lalu Mereka menanyakan kemana arah kesain Meliala. Namun Hulubalang itu meminta ketiganya bertemu dulu Raja agar mereka diijinkan tinggal di daerah itu. Mereka pun menyetujuinya.

Kerajaan Haru yang dulu berdiri di Deli Tua dipimpin oleh seorang raja bernama Maharaja Diraja Haru. Kerajaan Haru merupakan  kerajaan terbesar di Sumatera Timur ketika itu. Maharaja Diraja Haru adalah seorang bermerga Karo Sekali berasal dari urung Sukapiring di daerah Jahe. Urung Sukapiring di Jahe punya hubungan dengan Urung Sukapiring di Tanah Karo yang berpusat di Seberaya.

Walau usianya sudah mulai melewati setengah abad namun Raja Haru belum menikah. Dia hanya memelihara selir-selir. Selir-selirnya berasal dari berbagai kerajaan dan Negara. Biasanya selir itu menjadi lambang atau simbol persabahatan antar kerajaan. Belum ada wanita yang cocok mendampingi Raja Haru.

Raja Haru menerima kedatangan Beru Putri, Naga dan Meriam. Melihat sosok Gadis itu dia langsung jatuh cinta. Dia tergila-gila pada gadis itu. Suatu hari dia bertanya kepada penasihat spiritual kerajaan seorang Guru Sibaso bagaimana tentang gadis itu. Guru itu heran dengan apa yang dikatakan Raja Haru. Apalagi Raja itu mengatakan dia hendak mengawini Putri dari desa Seberaya itu. Guru Sibaso cepat menolaknya. Dia mengatakan gadis itu akan menyebabkan kerajaannya akan hancur. Tapi Raja Haru tidak percaya. Dia tetap tetap berkeras untuk mempersunting Beru Putri.    

Lalu Beru Putri bertanya bagaimana pendapat kepada kedua saudaranya tentang maksud dan keinginan Raja Haru yang ingin mengawininya. Naga dan Meriam tidak menolaknya, mereka tetap menyerahkan semua keputusan di tangan gadis itu. Apapun jawabannya mereka sudah siap. Dengan rasa cinta dan dukungan kedua saudaranya itu pula Beru Putri menerima pinangan Raja Haru.

Pesta perkawinan itu berlangsung meriah. Di pesta perkawinan itu Raja Haru mengumumkan kalau Naga dan Meriam diangkat menjadi Panglima Baru untuk Kerajaan Haru. Beru Putri kini menjadi permaisuri kerajaan Haru.  Raja dan Permaisurinya sepakat untuk membangun kebesaran kerajaan haru.

Suatu hari datanglah Sultan Samudera Pasai dari Aceh. Samudera Pasai punya hubungan kerjasama dengan Kerajaan Haru. Beberapa tawaran kerjasama dikatakan Sultan Samudera Pasai dalam pertemuan itu. Raja Haru menyambut penawaran itu dengan senang. Tapi sosok permaisuri kerajaan Haru itu ternyata menarik perhatian sang Sultan. Dia bertanya siapa perempuan cantik yang sekarang menjadi pendamping raja itu. Kemudian Raja Haru menjelaskan siapa yang kini menjadi  permaisurinya.

Sebelum pulang Sultan Samudera Pasai meminta ijin kepada Raja Haru untuk bersalaman dengan sang permaisuri. Wanita itu telah membuatnya jatuh cinta. Walau dia sudah pulang ke Aceh rupanya kecantikan sang permaisuri terbawa-bawa sampai ke negerinya.

Cahaya berwarna hijau memancar diatas langit Aceh. Cahaya hijau itu membentuk dan melukiskan wajah permaisuri Kerajaan Haru. Karena bayangan wajah permasuri itu pula Sultan menjadi gelisah. Suatu hari Sultan Samudera Pasai secara terus terang mengatakan kepada seluruh isi kerajaan kalau dia sangat mencintai permaisuri Haru itu. Dia menyebut permaisuri cantik jelita itu adalah Putri Hijau.

Sultan ingin mengawini Putri Hijau itu apapun yang terjadi. Lalu dia memerintahkan hulubalang kerajaan untuk menyampaikan keinginannya itu kepada Kerajaan Haru. Dia beralasan kalau Kerajaan Haru bisa  memberikan permaisurinya tentu akan mempererat hubungan antar kerajaan.

Hulubalang Samudera Pasai menyampaikan keinginan Sultan kepada Raja Haru. Keinginan itu langsung ditolak mentah-mentah oleh Raja. Dia katakan sampai kapanpun dia tidak akan memberikan permaisurinya kepada Samudera Pasai. Perkataan Raja Haru itu membuat Sultan Samudera Pasai sangat marah. Sultan tidak terima dan menganggap penolakan ini adalah sebuah penghinaan untuk Samudera Pasai. Lalu dia memerintahkan para panglima kerajaan untuk menyiapkan pasukan karena Samudera Pasai akan menyerang Haru.

Di Kerajaan Haru kabar Samudera Pasai akan menyerang telah terdengar. Raja Haru tidak sedikitpun gentar. Kerajaan itu pun melakukan persiapan.

Peperangan pecah, Samudera Pasai akhirnya menyerang Haru. Namun persiapan dan pertahanan Haru membuat Samudera Pasai tidak bisa menduduki Haru. Selain itu kehebatan panglima Haru Naga dan Meriam yang menembakkan amunisi dari tubuhnya membuat pasukan Samudera Pasai mundur.

Namun akhirnya semua berakibat fatal saat panglima Haru yang lain berjaga-jaga di benteng kerajaan. Panglima-panglima Samudera Pasai mendekati benteng itu. Mereka menawarkan uang agar para panglima Haru meninggalkan tempat itu. Lama mereka bernegoisasi dan akhirnya panglima Haru menerima tawaran itu. Panglima Samudera Pasai bisa menyogok Panglima Haru agar mereka meninggalkan benteng pertahanan.

Maka tentara Samudera Pasai dengan leluasa masuk kedalam wilayah kerajaan Haru. Naga dan Meriam berusaha mempertahankan kerajaan. Namun mereka tidak mampu karena hebatnya serangan Samudera Pasai. Naga menghilang di tengah peperangan. Sementara Meriam tidak kuasa lagi menembakkan pelurunya, tubuhnya semakin panas lalu meledak terpecah dua.

Di istananya Raja Haru dan Putri Hijau mulai ketakutan. Mereka mendengar tentara Aceh mulai mendekat. Mereka tidak bisa lari kemana-mana lagi saat tentara Samudera Pasai sudah mengepung istana itu. Sultan Samudera Pasai datang lalu memerintahkan para panglimanya untuk membunuh Raja Haru. Putri Hijau berteriak menangis meratapi kepergian suaminya.

Sultan Samudera Pasai menawarkan Putri Hijau untuk ikut pergi dengannya. Dia akan menjadi permaisuri Kerajaan Samudera Pasai. Namun Putri Hijau menolaknya. Akibatnya perempuan itu dipaksa untuk ikut pergi. Dia ditawan lalu dibawa dengan kapal laut menuju Samudera Pasai. Ditengah lautan luas tiba-tiba muncul dari dasar laut Naga turang dari Putri Hijau. Kemunculan Naga menakutkan tentara Samudera Pasai. Mereka meloncat meninggalkan kapal itu. Dengan cepat Naga lalu menarik Putri Hijau dan membawanya ke dasar laut.

Saudara Putri Hijau yang lain Meriam kembali ke Seberaya. Dia mengabarkan Sibayak Karo Sekali yang pernah menjadi suami Putri Hijau tentang keberadaan Beru Putri. Dia memohon untuk tinggal kembali di Seberaya. Namun Raja itu menolaknya dan mengusirnya pergi.

Kemudian dia pergi ke Sukanalu kampung kalimbubu bermerga Sitepu. Dia diijinkan Pengulu untuk tinggal di kampung itu. Disanalah Meriam bersemayam dan disembah sampai sekarang. 

Pecahan bagian kepala dari Meriam saat ini bersemayam di desa Sukanalu, kecamatan Barus Jahe Tanah Karo. Sedangkan bagian ekor bersemayam di Istana Maimon, diletakkan didalam bagunan berbentuk rumah adat Karo.


Penulis : Joey Bangun

Observasi & Riset Joey Bangun di Seberaya, Sukanalu, Deli Tua & Medan Thn 2009

.

Cerita tentang Putri Hijau bisa disaksikan disini.

.

Untuk dramanya bisa disaksikan disini.

© Mejuahjuah.id /CATATAN : Setiap konten di website Mejuahjuah.id memiliki hak cipta. Jika ingin mengutip sebagian ataupun seluruh isi dari setiap artikel dalam website ini harap menghubungi kami atau memberikan asal sumber kutipan dari Mejuahjuah.id.
Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published.