Toerin-Toerin Joey Bangun – Mejuahjuah.id
Kisah ini aku bukakan kembali padamu. Agar kau lebih mengerti lagi akan arti hidup dan memanfaatkannya. Hidup di zaman yang tidak ingin kau ulang kembali. Hidup di negeri yang tidak terpahami. Namun, bau keringat pribumi dan cucuran darah mereka telah melecut aku akan kesadaran. Kalau perjuangan memang harus disertai pengorbanan. Takkan pernah kulupakan mereka. Takkan pernah kulupakan negeri itu. Orang-orang Tulip menyebut mereka, “Nederlandsch Indie”.
***
Hari itu pertengahan Agustus 1936, Kapal “Johan van Oldenbarnevelt” telah meninggalkan pelabuhan Genoa, Italia. Salah satu keluarga yang menjadi penumpang kapal itu, keluarga de Jong menempati dek eksklusif paling atas. Paling mahal diantara semua kelas untuk penumpang di kapal itu. Ronald de Jong dan istrinya Dina Smith diam di satu kamar di pojok. Sementara putri tunggal mereka menempati kamar tepat di depan kamar mereka. Putri mereka adalah aku, Hanna de Jong.
Berlayar berhari-hari bahkan berminggu-minggu membuatku dengan mudah mengucapkan kata bosan. Bosan pada nada-nada wienerwalz di lantai dansa yang setiap hari menghibur para penumpang. Bosan pada suasana yang tidak kunjung menjadi baru. Dan juga bosan pada diriku sendiri yang tidak pernah bisa mengatasi bosan ini.
Ah sudahlah, lupakan kebosanan. Aku sudah punya Francine. Sedikit demi sedikit dia berhasil mengurangi rasa bosanku. Dia sebayaku. Nama lengkapnya Francine van Starkenborgh. Apakah kau mengenalnya? Paling tidak mengenal nama belakangnya?. Kau betul jika kau menjawab Francine adalah putri tertua Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang baru, Tjarda van Starkenborgh. Mereka satu kapal dengan kami dalam perjalanan panjang menuju Hindia Belanda.
Dari Francine aku dengar kalau keluarganya tiba di Genoa dengan menggunakan “Kereta api Kapal”. Sebutan lazim orang-orang Belanda yang menuju Hindia dengan menggunakan Kereta api lalu dilanjutkan dengan kapal dari Genoa, Italia. Sementara kami sekeluarga berangkat dari Bologna, sebuah kota di utara Itali. Papa mengurus dulu perkebunannya yang ada disana sebelum kami berangkat.
Keberangkatan kami sangat mendadak. Kata Papa, Ia melihat kemungkinan untuk melebarkan sayap perkebunannya hingga ke Hindia. Kedekatannya dengan beberapa petinggi di Nederland seolah merestui segala ambisinya. Kemungkinan itu semakin besar ketika Tjarda van Starkenborgh terpilih menjadi Gubernur Jenderal Nederlandsch Indie yang baru. Ia teman sekolah Papa dulu. Beberapa penguasa dan serikat pengusaha telah mengiming-imingi Papa akan perluasan usahanya. Van Starkenborgh menjamin hal itu. Konon aku dengar, jika Papa mendukungnya menjadi Gubernur Jenderal, Ia menjanjikan perkebunan subur di pesisir timur Sumatera menjadi salah satu agenda dalam pembukuan Papa. Papa termasuk orang berpengaruh di Nederland. Mungkin karena Papa adalah salah satu pengusaha Belanda yang berhasil di luar negeri. Suatu hari seorang tamu datang ke rumah. Dia berdiskusi dengan Papa tentang perkebunan Subur di Sumatera itu. Kalau tidak salah, ia menyebutkan perkebunan itu bernama Deli Mij.
***
Bersambung
© Mejuahjuah.id /CATATAN : Setiap konten di website Mejuahjuah.id memiliki hak cipta. Jika ingin mengutip sebagian ataupun seluruh isi dari setiap artikel dalam website ini harap menghubungi kami atau memberikan asal sumber kutipan dari Mejuahjuah.id.